Ceritanya lagi pengen balik sharing nih, hehe. Kenyataannya memang banyak sekali olahan pengalaman yang menumpuk dan harus dituangkan lagi. ...
Ceritanya lagi pengen balik sharing nih, hehe. Kenyataannya memang banyak sekali olahan pengalaman yang menumpuk dan harus dituangkan lagi. Now, topiknya adalah dropship, sebuah model bisnis menggiurkan (yang mayoritas dilakukan secara online) dan lagi booming. Setelah 3 tahun meneliti seluk beluk dan terjun di bisnis ini, bersama dengan untung ruginya, sepertinya menarik untuk membahas yang satu ini. Mengapa saya sebut seni? Karena, meskipun tanpa modal uang sebab tidak butuh upaya penyediaan stock, kreativitas seorang dropshipper dalam memasarkan barang sangat penting. Ini adalah modal utama. Kreativitas murni dibutuhkan agar barang dapat laku di pasaran. Tingkat kreativitas anda menentukan tingkat keuntungan yang didapat.

Cara penjualan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Masih ingat tidak (kalau mengalami sih, heuheu) ,anda datang ke bursa hp, cari hp merk A, lalu si penjual bilang, “Barang ada, tapi masih di gudang. Saya ambilkan dulu ya.” Atau, “Sebentar, barang saya ambilkan dulu ya di tempat lain“. Apa kemudian yang terlintas di pikiran anda? Apakah… “Oh ni orang pake gudang segala ya. Berarti gede dong bisnisnya.” Atau, “Wah dia punya toko lebih dari satu.” Apakah kenyataannya seperti itu. Bisa iya, bisa tidak. Tapi kebanyakan sebenarnya karena si penjual tidak punya stock, ambil barang sebagai wujud kerjasama dengan penjual lain, dan “membantu” menjualnya kepada anda.
“Etika” tidak tertulisnya: penjual (stockist) ke penjual (yang ambil) akan memberikan harga sedikit lebih rendah (sebagai wujud kerjasama, atau sebagai “norma”-nya), sehingga penjual yang berada di ujung tetap mendapatkan margin keuntungan yang layak. Si penjual yang ambil barang dari stockist boleh bayar belakangan setelah laku. Bagi penjual yang menyediakan barang (atau kebetulan memiliki stock, stockist), keuntungan mungkin tidak begitu besar, tetapi perputaran modal menjadi lebih mudah dan cepat karena terbantu oleh penjual lain.
Ada lagi affiliate marketing, yang sebenarnya juga tidak beda jauh. Anda menjadi member suatu bisnis yang menjual suatu produk atau layanan, dan membantu menjualkannya (mempromosikannya). Dari setiap penjualan yang melalui jalur promosi anda (affiliate link dan sejenisnya), anda mendapatkan komisi sekian persen.
Tau makelar? Tapi bukan makelar kasus loh ya. Makelaran adalah model bisnis penjualan melalui perantara (pihak lain, makelar). Nah yang menarik nih, makelar bisa mendapatkan keuntungan dari tiga sisi. Bisa dari keuntungan yang dia buat dan ambil (seperti contoh pertama), atau dari komisi (seperti affiliate marketing, bisa dari penjual atau pembeli), atau bisa sekaligus dari komisi plus margin yang dia buat (harga)! Nah loh. Tergantung pinter-pinternya si makelar tentunya yah.
Nah bagaimana kedudukan dropship? Yang membedakan dropship adalah:
Dropshipping selamanya (atau dalam jangka panjang) saya rasa bukan pilihan tepat, kecuali jika hanya digunakan sebagai strategi “talangan” ke depannya. Anda harus berkembang. Keuntungan dari dropshipping harus ditransformasikan sebaik mungkin menjadi modal, jangan dikonsumsikan sehabis-habisnya. Setelah cukup modal, anda bisa sedikit demi sedikit mengambil stock. Margin keuntungan jadi bisa digenjot lebih tinggi dan proses order jadi lebih mudah dan terkontrol. Modal juga bisa digunakan untuk mengembangkan potensi bisnis yang lainnya.
Lalu, bagaimana strategi dropshipping yang tepat jika akhirnya memilih jalur ini? Kreativitas apa saja yang membantu mendongkrak penjualan? Apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir resiko? Next article, saya akan share pengalaman sebanyak-banyaknya. Selamat berbisnis online.

Apa itu Dropship?
Sebagian besar pebisnis online pasti tahu bagaimana dropshipping bekerja. Anda menjual barang, yang notabene bukan stock anda, dengan harga yang sudah disesuaikan sedemikian rupa, menawarkan, mempromosikan, hingga akhirnya mendapatkan order. Anda kemudian melakukan order ke penjual aslinya (stockist), si penjual memproses order, lalu mengirim ke pembeli anda atas nama anda.Cara penjualan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Masih ingat tidak (kalau mengalami sih, heuheu) ,anda datang ke bursa hp, cari hp merk A, lalu si penjual bilang, “Barang ada, tapi masih di gudang. Saya ambilkan dulu ya.” Atau, “Sebentar, barang saya ambilkan dulu ya di tempat lain“. Apa kemudian yang terlintas di pikiran anda? Apakah… “Oh ni orang pake gudang segala ya. Berarti gede dong bisnisnya.” Atau, “Wah dia punya toko lebih dari satu.” Apakah kenyataannya seperti itu. Bisa iya, bisa tidak. Tapi kebanyakan sebenarnya karena si penjual tidak punya stock, ambil barang sebagai wujud kerjasama dengan penjual lain, dan “membantu” menjualnya kepada anda.
“Etika” tidak tertulisnya: penjual (stockist) ke penjual (yang ambil) akan memberikan harga sedikit lebih rendah (sebagai wujud kerjasama, atau sebagai “norma”-nya), sehingga penjual yang berada di ujung tetap mendapatkan margin keuntungan yang layak. Si penjual yang ambil barang dari stockist boleh bayar belakangan setelah laku. Bagi penjual yang menyediakan barang (atau kebetulan memiliki stock, stockist), keuntungan mungkin tidak begitu besar, tetapi perputaran modal menjadi lebih mudah dan cepat karena terbantu oleh penjual lain.
Ada lagi affiliate marketing, yang sebenarnya juga tidak beda jauh. Anda menjadi member suatu bisnis yang menjual suatu produk atau layanan, dan membantu menjualkannya (mempromosikannya). Dari setiap penjualan yang melalui jalur promosi anda (affiliate link dan sejenisnya), anda mendapatkan komisi sekian persen.
Tau makelar? Tapi bukan makelar kasus loh ya. Makelaran adalah model bisnis penjualan melalui perantara (pihak lain, makelar). Nah yang menarik nih, makelar bisa mendapatkan keuntungan dari tiga sisi. Bisa dari keuntungan yang dia buat dan ambil (seperti contoh pertama), atau dari komisi (seperti affiliate marketing, bisa dari penjual atau pembeli), atau bisa sekaligus dari komisi plus margin yang dia buat (harga)! Nah loh. Tergantung pinter-pinternya si makelar tentunya yah.
Nah bagaimana kedudukan dropship? Yang membedakan dropship adalah:
- Anda tidak memegang produk yang anda jual (tidak diambil atau “dipinjam” dari penjual lain). Anda hanya order barang sesuai yang dipesan pembeli, dan meminta penjual (stockist) untuk mengirimkannya kepada pembeli atas nama anda.
- Keuntungan yang diperoleh bukan berupa komisi. Anda sendiri yang menentukan margin keuntungan. Kerjasama dengan stockist hanya sebatas mengirimkan barang dengan data pengirim sesuai nama (toko) anda. Selebihnya, masing-masing berdiri sendiri.
- Kerjasama yang terbentuk antara stockist dan dropshipper biasanya tanpa peraturan baku; pemahaman satu sama lain saja, meskipun tidak menutup kemungkinan ada beberapa stockist yang memberikan syarat dan ketentuan demi lancarnya kerjasama.
Keuntungan/Kelebihan Dropship?
Banyak keuntungan atau kelebihannya. Yang paling gamblang adalah anda tidak butuh modal, dalam konteks penyediaan stock tentunya; tapi bukan berarti tanpa modal sama sekali. At least, butuh modal tenaga, pikiran, dan kreativitas (khususnya dalam berpromosi). Berikut beberapa poin kelebihan atau keuntungan dropship:- Tidak butuh modal untuk penyediaan barang. Jelas. Upaya penyediaan barang murni dilakukan oleh stockist dimana anda melakukan kerjasama dropshipping. Cocok bagi anda yang ingin segera “bangkit” namun tidak memiliki modal uang banyak.
- Poin satu berarti juga mengimplikasikan anda tidak perlu repot melakukan proses penyediaan, baik barang, gudang, dan proses administrasi; sehingga pengeluaran untuk hal-hal tersebut juga tidak ada. Modal fisik yang dibutuhkan adalah sarana order dan promosi (website, laptop/komputer, alat komunikasi, dll)
- Bebas menentukan margin keuntungan, dengan berbagai pertimbangan. Tidak seperti affiliate marketing, anda bisa menentukan hasil yang diperoleh dari setiap penjualan tanpa campur tangan (ketentuan komisi, sah tidaknya jalur afiliasi, dll) oleh pihak lain. Margin biasanya memang lebih tipis, tapi dengan pertimbangan tidak adanya biaya lain yang dikeluarkan, maka margin keuntungan berjangkanya bisa menggiurkan.
- Bisnis dropship berdiri sendiri dan tidak terikat. Di muka customer, anda adalah penjual yang sebenarnya, kedudukannya sama seperti retailer atau stockist lainnya.
- Bebas bekerjasama dengan banyak stockist sehingga “ketersediaan barang” dapat dijaga. Jika stockist A kehabisan produk, anda bisa tetap melayani pembeli dan tidak mengecewakannya dengan cara order dari stockist B yang sebelumnya juga telah bekerjasama. Tentu dibutuhkan kreativitas dan komunikasi sebelumnya agar kelebihan ini bisa didapat.
- Anda tidak memiliki tanggungan barang (stock) yang wajib dijual. Dengan kata lain, anda tidak memikirkan tentang perputaran modal. Anda juga tidak perlu dikejar target jika barang yang dijual memiliki masa berlaku (expiry date) yang mau tidak mau barang harus segera habis jual.
- Bagi sebagian stockist, dropshipping kadang bisa jadi alternatif apabila stock suatu barang habis. Agar tidak kehilangan pelanggan dan agar tidak menunggu lama, maka sistem dropship bisa menjadi “talangan”.
- Bagi stockist, menerima order dropship bisa membantu mempercepat penjualan (baik retail maupun grosir), sehingga pendapatan keuntungan dan perputaran modal bisa lebih cepat.
Kelemahan/Kekurangan Dropship?
Banyak kelebihan, pastilah banyak kekurangannya. Dan tidak fair jika tidak diulas, mengingat saya juga menyebut model bisnis ini adalah yang paling riskan di antara semua bentuk reselling. Banyak dropshipper yang tentu juga mengalami permasalahan dari yang kecil hingga besar seperti yang pernah saya alami, tidak hanya menikmati keuntungannya saja.- Karena kekurangtahuan, ketidakmampuan, dan kurangnya survey terhadap stockist (penjual penyedia barang), bisnis dropship paling riskan terhadap penipuan, khususnya penipuan transaksi. Anda tidak berniat melakukan penipuan transaksi, tapi bisa disebut melakukannya apabila stockist tempat anda order barang ternyata tidak melakukan pengiriman alias menipu.
- Anda tidak mengetahui kondisi barang yang dikirim. Anda benar-benar “buta” akan barang yang diorder. Satu-satunya modal adalah kepercayaan terhadap stockist pilihan anda. Ada baiknya anda order barang sendiri terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi dan kualitas barang. Banyak dropshipper yang harus terima “caci maki” dari pembelinya karena barang yang dikirim ternyata palsu atau tidak berfungsi baik. Jika ini terjadi berulang, kepercayaan pelanggan akan turun dan bisnis dropship anda bisa runtuh.
- Pertaruhan kecepatan proses dan resiko kesalahan dalam memproses barang. Jika stockist bisa mengontrol kecepatan barang yang dikirim sekaligus memimalisir berbagai kesalahan dalam pemrosesan order, maka dropshipper tidak mungkin melakukannya. Banyak stockist yang karena kesibukannya (atau ketidakprofesionalannya) sering terlambat mengirimkan barang. Meskipun barang diorder pagi hari, ada stockist, yang entah karena berbagai penyebab, baru kirim satu hari bahkan dua tiga hari setelahnya. Tentu ini merugikan karena bukti pengiriman (yang biasanya berupa nomer resi pengiriman) yang harusnya sesegera mungkin diinfokan ke pembeli menjadi tertunda. Belum lagi barang yang telat sampai lantaran stockist kelamaan memproses. Kesalahan (menulis alamat salah, keliru produk atau jumlahnya, dll) juga riskan terjadi.
- Persaingan harga sangat ketat. Apabila barang yang anda jual merupakan “trending products” (dan karena alasan inilah biasanya dropshipper bergerak), maka persaingan harga takterelakkan. Anda harus bersaing harga dengan para stockist dan dropshipper lain. Strategi matang dan kreatif harus terus dilakukan agar bisnis dropship anda tidak “mati kutu” dan tersingkir.
- Tidak jarang, stockist nakal menyerobot pelanggan anda. Cara yang digunakan biasanya dengan tidak mencantumkan nama (toko) anda sebagai pengirim, tetapi nama sendiri (atau nama tokonya) lengkap dengan kontak-kontaknya.
Dropship Selamanya atau Tidak?
Dropship adalah gerbang. Hemat saya demikian. Anda ingin membangun bisnis retail (dan kemudian mengembangkannya ke yang lebih besar), namun kurang modal. Maka dropshipping adalah pilihan terdekat, jika anda tidak berani meminjam modal. Oleh karena itu, dropship harus dilihat sebagai langkah awal saja, mengingat berbagai resiko yang ada.Dropshipping selamanya (atau dalam jangka panjang) saya rasa bukan pilihan tepat, kecuali jika hanya digunakan sebagai strategi “talangan” ke depannya. Anda harus berkembang. Keuntungan dari dropshipping harus ditransformasikan sebaik mungkin menjadi modal, jangan dikonsumsikan sehabis-habisnya. Setelah cukup modal, anda bisa sedikit demi sedikit mengambil stock. Margin keuntungan jadi bisa digenjot lebih tinggi dan proses order jadi lebih mudah dan terkontrol. Modal juga bisa digunakan untuk mengembangkan potensi bisnis yang lainnya.
Lalu, bagaimana strategi dropshipping yang tepat jika akhirnya memilih jalur ini? Kreativitas apa saja yang membantu mendongkrak penjualan? Apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir resiko? Next article, saya akan share pengalaman sebanyak-banyaknya. Selamat berbisnis online.
COMMENTS