Artikel ini adalah sebuah wacana dan sebuah ajakan untuk merestrukturisasi cara berpikir kita dalam melihat website yang kita kembangkan. Tr...
Artikel ini adalah sebuah wacana dan sebuah ajakan untuk merestrukturisasi cara berpikir kita dalam melihat website yang kita kembangkan. Traffic adalah sebuah makanan empuk para webmaster maupun online marketer dalam setiap konteks diskusi pengembangan website. Tapi benarkah traffic merupakan satu-satunya jalan dan tolok ukur keberhasilan pengembangan sebuah website?
Traffic memanglah aspek penting kehidupan sebuah website. Tapi, benarkah traffic sebuah tujuan? Jika anda memiliki website berbasis penawaran produk atau layanan, bisnis online, atau berbasis konten, apakah tujuan anda setelahnya? Benarkah mendatangkan traffic yang begitu besar melalui cara organik (SEO dan kampanye promosi manual) atau pun PPC (mis: Google Adwords) cukup memuaskan anda, tanpa ada hasil sekalipun? Saya rasa jawabannya jelas, TIDAK. Kebanyakan webmaster dan online marketer begitu bernafsu dengan traffic, dengan harapan traffic tinggi akan mendatangkan konversi pelanggan atau pun klik iklan yang mereka pasang. Ini bisa jadi benar, tapi lebih banyak tidaknya. Mari kita lihat.
Ini logika atau pola yang biasa dikembangkan: buat website, terus bekerja dan menunggu hingga website mendapatkan traffic dalam jumlah tinggi, kemudian mencari cara untuk memonetisasi website tersebut.
Mungkin pola di atas dapat bekerja dengan baik jika anda beruntung, tapi itu bukanlah pola yang seharusnya dilewati. Ada cukup banyak kasus dimana website/blog serta perusahaan web 2.0 (website berbasis user generated content, misalnya social media) bangkrut setelah mendapatkan jutaan pengunjung dan pageview setiap bulannya. Bagaimana bisa? Sederhana saja: Mereka tidak dapat memonetisasi website secara efisien, sedangkan biaya perawatan dan pengembangan web, server, staff, dan lain-lain tidak dapat ditutup, kemudian memutuskan menutup layanan website. Ini contoh besar. Tapi demikian pula yang terjadi dengan bisnis skala kecil. Bahkan jika tanpa modal sekalipun, pada akhirnya waktu dan usaha yang diinvestasikan akan sia-sia saja karena tidak menghasilkan apapun.
Traffic sudah pasti menjadi hal vital bagi website, tapi harus dilihat sebagai sebuah alat untuk mencapai tujuan, dan bukanlah tujuan itu sendiri. Coba pikirkanlah opsi berikut: Website dengan 5 juta UV/bulan dan menghasilkan Rp. 500.000 atau website dengan traffic cuma 10.000 UV/bulan tapi menghasilkan Rp. 5.000.000. Saya rasa anda akan memilih yang kedua. Karena biaya pengeluaran (misalnya sewa hosting berdasarkan kuota, bandwith, dll) jauh lebih rendah tapi menghasilkan profit tinggi (high ROI).
Sesegera mungkin setelah anda membuat website atau memulai bisnis berbasis website, anda dapat menggunakan ide ini: langsung pikirkan bagaimana anda dapat memonetisasi website anda dan darimana keuntungan atau profit itu akan datang. Berikut beberapa contoh pertanyaan yang bisa anda tanyakan pada diri sendiri:
Siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau nilai dari layanan/produk yang saya tawarkan?
Siapa yang akan membayarnya? (Mis: iklan, sponsor, pengunjung itu sendiri?)
Bagaimana cara pembayarannya?
Akankah biaya yang saya keluarkan jauh lebih rendah daripada profit yang akan dihasilkan?
Prinsip ini saya rasa dapat digunakan untuk berbagai jenis website dan dengan cara apapun website tersebut dimonetisasikan. Sebagai contoh, tahukah mengapa para online marketer lebih memilih menjual produknya sendiri atau menggunakan sistem affiliate marketing daripada membangun website berbasis iklan? Karena dua cara yang pertama membutuhkan lebih sedikit traffic namun dapat menghasilkan uang yang cukup besar. Contoh lainnya, saya memiliki 5 website/blog yang saya pekerjakan untuk menggali uang dari PPC Adsense (note: bukan MFA). Faktanya, ada 1 website yang bertraffic rendah, namun menghasilkan jumlah dan rate PPC yang jauh lebih tinggi dari 4 website/blog lainnya meskipun memiliki traffic yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, saya tidak membutuhkan biaya besar untuk hosting. Strategi konten, layanan, dan prediksi adalah hal penting yang harus dipikirkan di awal, bukan ketika website mulai mendapatkan traffic tinggi.
Bahkan fenomena yang marak saat ini adalah banyak bisnis skala kecil melakukan spam di komentar-komentar blog, forum-forum, social media, demi memperkuat visibilitas di search engine. Tapi, jika memang cara ini berhasil meningkatkan visibilitas dan klik dari search engine, apakah kemudian itu bisa menjadi tolok ukur keberhasilan konversi pelanggan? Tidak. Semua tergantung bagaimana konten web/landing page dapat menarik, merayu, memberikan layanan/konten terbaik, serta membuat pengunjung betah, dan akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu di website anda, entah membeli produk, menyewa jasa, melakukan klik iklan, dll. Jadi, telah jelas dan kuat bahwa strategi melihat potensi website adalah hal yang dilakukan sejak awal, dan bukan ketika website terlihat memberikan harapan, dan traffic hanyalah salah satu dari berbagai macam strategi penting lainnya.
So, traffic-kah tujuan anda semata-mata?
Traffic memanglah aspek penting kehidupan sebuah website. Tapi, benarkah traffic sebuah tujuan? Jika anda memiliki website berbasis penawaran produk atau layanan, bisnis online, atau berbasis konten, apakah tujuan anda setelahnya? Benarkah mendatangkan traffic yang begitu besar melalui cara organik (SEO dan kampanye promosi manual) atau pun PPC (mis: Google Adwords) cukup memuaskan anda, tanpa ada hasil sekalipun? Saya rasa jawabannya jelas, TIDAK. Kebanyakan webmaster dan online marketer begitu bernafsu dengan traffic, dengan harapan traffic tinggi akan mendatangkan konversi pelanggan atau pun klik iklan yang mereka pasang. Ini bisa jadi benar, tapi lebih banyak tidaknya. Mari kita lihat.
Ini logika atau pola yang biasa dikembangkan: buat website, terus bekerja dan menunggu hingga website mendapatkan traffic dalam jumlah tinggi, kemudian mencari cara untuk memonetisasi website tersebut.
Mungkin pola di atas dapat bekerja dengan baik jika anda beruntung, tapi itu bukanlah pola yang seharusnya dilewati. Ada cukup banyak kasus dimana website/blog serta perusahaan web 2.0 (website berbasis user generated content, misalnya social media) bangkrut setelah mendapatkan jutaan pengunjung dan pageview setiap bulannya. Bagaimana bisa? Sederhana saja: Mereka tidak dapat memonetisasi website secara efisien, sedangkan biaya perawatan dan pengembangan web, server, staff, dan lain-lain tidak dapat ditutup, kemudian memutuskan menutup layanan website. Ini contoh besar. Tapi demikian pula yang terjadi dengan bisnis skala kecil. Bahkan jika tanpa modal sekalipun, pada akhirnya waktu dan usaha yang diinvestasikan akan sia-sia saja karena tidak menghasilkan apapun.
Traffic sudah pasti menjadi hal vital bagi website, tapi harus dilihat sebagai sebuah alat untuk mencapai tujuan, dan bukanlah tujuan itu sendiri. Coba pikirkanlah opsi berikut: Website dengan 5 juta UV/bulan dan menghasilkan Rp. 500.000 atau website dengan traffic cuma 10.000 UV/bulan tapi menghasilkan Rp. 5.000.000. Saya rasa anda akan memilih yang kedua. Karena biaya pengeluaran (misalnya sewa hosting berdasarkan kuota, bandwith, dll) jauh lebih rendah tapi menghasilkan profit tinggi (high ROI).
Sesegera mungkin setelah anda membuat website atau memulai bisnis berbasis website, anda dapat menggunakan ide ini: langsung pikirkan bagaimana anda dapat memonetisasi website anda dan darimana keuntungan atau profit itu akan datang. Berikut beberapa contoh pertanyaan yang bisa anda tanyakan pada diri sendiri:
Siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau nilai dari layanan/produk yang saya tawarkan?
Siapa yang akan membayarnya? (Mis: iklan, sponsor, pengunjung itu sendiri?)
Bagaimana cara pembayarannya?
Akankah biaya yang saya keluarkan jauh lebih rendah daripada profit yang akan dihasilkan?
Prinsip ini saya rasa dapat digunakan untuk berbagai jenis website dan dengan cara apapun website tersebut dimonetisasikan. Sebagai contoh, tahukah mengapa para online marketer lebih memilih menjual produknya sendiri atau menggunakan sistem affiliate marketing daripada membangun website berbasis iklan? Karena dua cara yang pertama membutuhkan lebih sedikit traffic namun dapat menghasilkan uang yang cukup besar. Contoh lainnya, saya memiliki 5 website/blog yang saya pekerjakan untuk menggali uang dari PPC Adsense (note: bukan MFA). Faktanya, ada 1 website yang bertraffic rendah, namun menghasilkan jumlah dan rate PPC yang jauh lebih tinggi dari 4 website/blog lainnya meskipun memiliki traffic yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, saya tidak membutuhkan biaya besar untuk hosting. Strategi konten, layanan, dan prediksi adalah hal penting yang harus dipikirkan di awal, bukan ketika website mulai mendapatkan traffic tinggi.
Bahkan fenomena yang marak saat ini adalah banyak bisnis skala kecil melakukan spam di komentar-komentar blog, forum-forum, social media, demi memperkuat visibilitas di search engine. Tapi, jika memang cara ini berhasil meningkatkan visibilitas dan klik dari search engine, apakah kemudian itu bisa menjadi tolok ukur keberhasilan konversi pelanggan? Tidak. Semua tergantung bagaimana konten web/landing page dapat menarik, merayu, memberikan layanan/konten terbaik, serta membuat pengunjung betah, dan akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu di website anda, entah membeli produk, menyewa jasa, melakukan klik iklan, dll. Jadi, telah jelas dan kuat bahwa strategi melihat potensi website adalah hal yang dilakukan sejak awal, dan bukan ketika website terlihat memberikan harapan, dan traffic hanyalah salah satu dari berbagai macam strategi penting lainnya.
So, traffic-kah tujuan anda semata-mata?
COMMENTS